Kalau gue sejenak merhatiin berita luar negeri, gue jadi ngeri sendiri. Ternyata dunia makin hari makin kisruh. Perang dimana-mana, teroris makin menggila. Selama 30 tahun terakhir, dunia bukannya makin damai malah makin kacau-balau. Di jaman serba modern dengan peradaban manusia yang makin tinggi, ternyata masih ada saja negara-negara yang sibuk berperang, saling menumpahkan darah tanpa henti.
Di sejumlah negara Afrika perang saudara masih berkecamuk hingga sekarang. Di Timur Tengah, negara-negara masih juga terus berperang. Irak, Afganistan, Palestina, Israel, Suriah dan Libya masih dilanda perang, baik perang karena diobok-obok negara asing maupun perang antar saudara di negeri sendiri. Sejumlah negara di Amerika Latin juga masih terjadi pertumpahan darah.
Bagaimana dengan Asia? Sama saja. Meski skalanya lebih
kecil, perang terus terjadi. Pemerintah melawan pemberontak, polisi melawan
teroris, tentara melawan milisi. India saling berkacak pinggang dengan Pakistan
dan nyaris gebuk-gebukan pake nuklir. Korea Utara dari dulu masih saling ancam
dan saling intai dengan Korea Selatan. China terus marah-marahan sama Jepang.
Pemberontakan masih berkecamuk di Thailand, Philipina bahkan Indonesia sendiri
masih belum lepas dari gangguan kaum separatis.
Gue ga ngerti sebenarnya buat apa kita harus perang? Gue setuju sama lirik lagu Iwan
Fals berjudul Puing:
Perang
perang lagi
Semakin
menjadi
Berita ini
hari
Berita
jerit pengungsi
......
Tuan
tolonglah tuan
Perang
dihentikan
Lihatlah
ditanah yang basah
Air mata bercampur
darah
Bener kata Bang Iwan, Ngapain sih perang? Cuma
buang-buang nyawa manusia tanpa arti. Bener-bener cara paling bego tuk
nyelesaiin masalah. Kalau perangnya dilakukan tuk ngusir penjajah yang bandel
ga mau pergi sih gue masih OK. Tapi kalo cuma perang saudara dan saling memperebutkan
kekuasaan, bener-bener cara paling tolol. Emang ga ada cara lain selain perang?
Berkelahi di ring tinju, misalnya. Kalo ada yang mau jadi pemimpin negara,
kasih aja dia sarung tinju trus suruh saling gebuk sama Presiden yang berkuasa.
Nah, siapa yang menang, dialah yang berhak jadi penguasa negeri. Kalo males
tinju karena udah pada tua, ya ganti aja sama main catur. Ga bisa main catur?
Ganti sama permainan ludo, halma atau ular tangga. Beres kan? Ga usah ngeluarin
biaya perang, ga usah ada rakyat yang mati, ga ribet ngurusin pengungsi dan ga
usah cemas ancaman bahaya kelaparan.
Kalau manusia terus berperang, siapa yang untung? Tentu
saja pabrik pembuat senjata. Ketika dua kubu saling adu jotos, yang untung ya
pedagang senjata kayak mereka. Ini kan hukum ekonomi. Kalo lu punya produk,
terus produk lu pingin laku, lu harus masukin ke pasar. Kalo pasarnya ga ada,
ya lu harus bikin pasarnya. Nah kalo lu pedagang senjata, pengen barang
dagangan lu laku, ya lu harus bikin kisruh biar terjadi perang.
Kalo kita amati baik-baik, perang apapun, dimanapun,
pasti ada dua kubu yang ada belakang mereka. Satu Amerika Serikat dan satu lagi
Rusia. Dulu waktu perang dingin AS dengan Soviet bubaran, kita pada senang kan?
Padahal justru dunia makin terancam gara-gara berakhirnya perang dingin. Di
masa perang dingin, AS dan Soviet musuhan, saling incar kelemahan
masing-masing. Tapi begitu keduanya damai, mereka ga punya lagi kerjaan,
jadinya malah ngobok-ngobok negara tetangga.
Perang Dingin terjadi karena kedua negara adidaya itu
emang udah ga bisa apa-apa. Mereka berdua punya ribuan hulu ledak nuklir, dan
mereka tahu persis kalo terjadi perang keduanya bakal mampus, jadinya mereka
cuma diem-dieman aja. Kaya dua ekor kucing terhalang pagar bambu, cuma saling
ancem, saling tatap, tanpa ada satupun yang berani mulai menyerang. Karena
bosan puluhan tahun saling curiga, saling tatap tanpa bisa bergerak,
senjata-senjata mereka jadi pada bulukan. Duit kas juga nyaris habis karena
saling bersaing teknologi tanpa hasil. Satu-satunya jalan untuk mulihin ekonomi
mereka ya dengan cara membuat negara-negara dunia ketiga saling berperang,
sehingga senjata mereka bisa dijual dan jadi duit.
Menurut gue, masa-masa Perang Dingin itu sebenarnya
masa-masa menguntungkan buat negara non-blok kayak kita. Ketika dua ekor singa
saling berkelahi, binatang lain kan jadi aman untuk sementara. Ini juga sama.
Ketika AS-Soviet saling incer, mereka lupa dengan negara-negara diluar dua
aliansi tersebut. Saat itu semua energi dicurahkan untuk bersaing persenjataan
dan teknologi. Tapi begitu Perang Dingin usai, mereka mulai deh menatap
negara-negara kecil dengan penuh minat. Irak mulai di serang, negara-negara
Balkan mulai rusuh. Isu teroris mulai disebarkan dan dunia pun makin
carut-marut.
Ngomong-ngomong tentang masa Perang Dingin yang terjadi
pasca Perang Dunia II sampai berakhir pada Tahun1991, banyak hal yang membuat
gue sering senyum sendiri. Bener kata orang bahwa kalo dua orang sedang saling
bersaing, logika jadi hilang. Begitu juga dengan AS dan Soviet waktu itu. Masih
inget kan waktu kosmonot Rusia, Yuri
Margarin eh Yuri Gagarin sukses jadi manusia pertama yang nongkrong di luar
angkasa pada 1961? Saat itu Amerika langsung blingsatan karena tertinggal
teknologi. Semua ilmuwan NASA dikumpulin terus dicambukin biar pada mikir.
Menurut sebuah cerita
yang ga jelas sumbernya, ketika Soviet sukses dengan program manusia ruang
angkasa mereka, Gedung Putih jadi gempar. Semua pejabat AS panik kayak monyet
kebakaran buntut. Tengah malam Presiden Kennedy naik ke atap Gedung Putih
sambil menatap langit malam. “Gimana caranya biar gue bisa ngalahin si
Krushchev (Perdana Mentri Soviet saat itu)” Pikirnya dengan gelisah. Kebetulan waktu
itu lagi Bulan Purnama. Kennedy pun langsung memandang bulan dengan penuh
antusias. Matanya jadi merah. Urat-urat di badannya pada bertonjolan. Kuku-kuku
jari tangannya langsung memanjang jadi cakar yang menyeramkan. Sambil menatap
bulan tiba-tiba dia teriak “AAAUUUUUUU..........!” dan keluarlah bulu dari
seluruh badannya. Ups....itu sih proses terbentuknya Werewolf ya. Ya pokoknya Kennedy jadi terinspirasi deh
begitu menatap bulan.
“Gue harus bikin bangsa Amerika jadi bangsa pertama
yang mendarat di Bulan. Gue akan paksa NASA tuk ngewujudin mimpi gue. Kalo ga
bisa, gue cekik direkturnya hingga mampus!” Mungkin gitulah kira-kira pemikiran
Presiden AS waktu itu.
Akhirnya Tahun 1962, niat Kennedy memperkosa bulan yang
masih perawan itu mulai diwujudkan. Semua ilmuwan terbaik negeri dikumpulin,
terus dipaksa biar pada mikir. “Pikirkan gimana caranya biar kita bisa mendarat
di bulan. Jangan makan, jangan tidur, pokonya mikir 24 jam. Sebelum rambut lu
pada rontok dan pala lu pada botak semua, ga boleh berhenti! “ Teriak Kennedy
sama para ilmuwan NASA. “Kalo perlu, gue akan sediain WC satu orang satu plus
rokok Gudang Garam Merah satu bungkus tiap hari biar lu bisa nongkrong sambil
cari inspirasi!” T
idak hanya ngumpulin ilmuwan, Kennedy juga ngumpulin
dana besar-besaran hingga diperkirakan mencapai 40 miliar dollar (waktu itu
duit segitu udah luar biasa besarnya) hingga Amerika nyaris bangkrut. Bahkan
saking habisnya duit, kabarnya Kennedy nekat nyuruh walikota New York ngangkut
Patung Liberty ke Pegadaian buat dapetin biaya tambahan.
Akhirnya pada bulan Juli 1969, enam tahun setelah
kematian Kennedy, Amerika sukses mendaratkan manusia pertama di bulan lewat
proyek Apolo 11. Semua rakyat Amerika berpesta-pora gembira. “Akhirnya kita
ngalahin Soviet!” Teriak mereka bangga. Soviet cuma nyengir doang.
Setelah itu Apolo 12, 13 dst terus dikirim ke bulan.
Tapi akhirnya Amerika sadar, di bulan ternyata ga ada apapun. Tadinya mereka
berharap bisa nemu material aneh yang bisa digunakan buat ngedesain senjata
canggih, tapi yang ditemukan cuma batuan-batuan buluk yang tidak berguna sama
sekali. Barulah Amerika menyesal telah ditipu habis-habisan sama Soviet.
Presiden Soviet ketawa-ketiwi “Ha..ha mampus lu Amerika. Berhasil lu gue
kadalin. Diprovokator dikit udah blingsatan. Makan tuh batu Bulan. Lu pikir gue
ga bisa ngirim orang ke bulan? Bisa, Bro. Cuma ngapain? Mau bikin mal disana?
Mau bikin kondominium? Siapa yang mau beli? Alien aja ogah tinggal disana. Lha
buat napas aja sesek apalagi buat idup!”
Itulah salah satu bentuk persaingan konyol AS-Soviet
semasa perang dingin. Pada akhirnya, dua negara bego itu sadar bahwa apa yang
mereka lakukan selama ini ternyata ga berguna sama sekali. Ga ada hasilnya,
kecuali Pejabat CIA dan KGB yang pada gemuk karena kelebihan anggaran. Pada Tahun 1989 kedua negara sepakat
untuk mengakhiri perang dingin. Kedua pimpinan negara, waktu itu Amerika
dipimpin George Bush senior dan Soviet dipimpin
Mikhail Gorbachev, menandatangani perjanjian damai.
Menurut salah satu
sumber berita dari dunia khayal, sebelum penandatanganan perdamaian di forum
resmi, kedua pimpinan sempat melakukan pertemuan pendahuluan di suatu tempat
yang dirahasiakan.
Menurut kabar burung, pertemuan tersebut dilakukan di sebuah desa di kawasan
Lembang, Bandung. Awalnya gua nyaris ga
percaya, masa pertemuan sepenting itu dilakukan di Indonesia. Emang itu cuma
kabar burung, tapi tu burung dapet kabar dari mana? Wong burung gue aja diem ga
ngasih komentar. Kalo bener Bush dan Gorbachev rundingan di Bandung, pasti
burung gue ngasih tahu kan?
Meski begitu, kalo dipikir emang mungkin juga sih. Coba
siapa yang nyangka kalau dua pemimpin negara adidaya kongkow-kongkow di
Lembang. Gue aja yang orang Indonesia asli ga percaya, apalagi mata-mata negara
lain. Itulah kehebatan KGB dan CIA, mampu merencanakan sesuatu yang benar-benar
tak terduga dan bisa menipu publik.
Di sebuah gubuk tua, Presiden AS dan Perdana Menteri
Rusia bertemu dalam suasana yang penuh rahasia. Untuk memastikan penyamaran
mereka ga diketahui mata-mata negara lain, Bush nyamar jadi petani sayuran
sementara Gorbachev nyamar jadi pedagang panci keliling. Setelah keduanya
merasa aman, pertemuan pun dimulai.
“Gue nyaris bangkrut nih, Bush!” Kata Gorbachev sambil muter-muter
panci jualannya.
“Sama, Gor, gue juga!” Jawab Bush. Caping bambunya diletakan di dekat perapian. ”Senjata
kita udah pada buluk. Instalasi Nuklir pada jamuran karena ga pernah dipake.
Agen mata-mata juga udah pada bangkotan, ga ada semangat lagi!”
Gorbachev mengangguk sedih. “Kita bedua ini pada bego
ya. Ngapain perang dingin bertahun-tahun sementara tidak ada satupun dari kita
yang berani memulai peperangan. Kalo gue
tembak lu pake nuklir, lu juga pasti tembak gue. Kita berdua mampus dan semua
orang bakal ngetawain kebegoan kita!”
“Makanya kita damei aja, deh!” Jawab Bush sambil
nyeruput kopi pahit yang disodorkan seorang agen CIA.
“Gimana caranya?” Gorbachev menggaruk-garuk kepalanya
yang udah mulai botak “Kalo tiba-tiba kita damai terus salaman, pasti pada
diketawain negara-negara seluruh dunia. Tar mereka bilang, lihat tuh Soviet dan
AS, bertahun-tahun gebuk-gebukan, eh tiba-tiba aja salaman kayak orang gila!”
“Gini aja deh! Gue ada usul!” Ujar Bush.”Gue
liat negara lu makin miskin aja dari tahun-ketahun. Lama-lama kekuasaan Kremlin
bisa dikudeta sama rakyat. Biar kita atur gini aja. Lu bubarin tuh Soviet.
Negara-negara satelit lu lepas. Daerah kekuasaan lu cuma Rusia aja. Nah terus
lu pura-pura nganut demokrasi. Tar pengusaha AS gue suruh investasi di negara lu.
Dengan cara ini negara lu akan slamet dari kerusuhan dalam negeri!”
Gorbachev
nganguk-ngangguk sambil nyosor singkong rebus yang disodorkan agen KGB. “Bikin
reformasi damai ya? Pinter juga akal lu. Tapi kalo tar gue bubarin Soviet, tar
lu tembak gue kagak?”
“Kagak, lah!” Jawab Bush “Ngapain gue tembak lu. Tar lu
juga pasti tembak gue kan? Bisa-bisa kita berdua mampus bareng-bareng. Pokoknya
gini aja. Biar lu kagak ketakutan ama gue, instalasi nuklir, militer dan persenjataan
utama Soviet lu pertahankan jangan sampe lepas. Jadi biar negara lu tinggal
Rusia, tapi lu tetap jadi negara kuat.”
“Ide lu emang hebat. Tapi kalo Soviet bubar, Rusia bisa
jadi negara miskin. Tar gue ama anak cucu mau makan apa?” Tanya Gorbachev
sambil nelan singkong rebusnya, terus buru-buru nyari air karena keselek.
“Gampang! Kita kan selama ini berperang di banyak
front, di Afganistan, di Kuba, di Korea, di Vietnam. Duit habis buat bikin
senjata, sementara pemasukan ga ada. Nah sekarang kita ganti strategi. Kita
buat negara lain yang berperang. Terus kita jual senjatanya ke mereka. Mereka
yang pada mati, tapi kita yang jadi kaya raya!”
“Cerdas juga lu,
Bro!” Kata Gorbachev sambil tertawa ngakak
hingga singkong rebus di mulutnya bermuncratan. “Tapi ngomong-ngomong gimana
caranya biar negara-negara lain pada berperang?”
“Ah gampang aja!” Jawab Bush sambil mengganyang goreng
ubi “Gue akan gunain demokrasi tuk ngobok-ngobok negara dunia ketiga. Gue tuduh
tu negara punya pemimpin yang diktator, nyimpen senjata pemusnah masal, bikin
nuklir tuk perang, atau ngelindungi teroris. Tar gue pengaruhi rakyat disana
tuk ngeberontak. Gue suruh mereka beli senjata ke gue. Nah kalo terjadi perang,
pemerintah disana kan panik tuh. Si pemerintah pasti nyari senjata buat
ngebales pemberontak. Coba lu tebak kemana dia akan beli senjata? Pasti ke
tempat lu kan? Nah kalo mereka udah pada bertempur, kita biarin kedua kubu
gontok-gontokan. Ga peduli siapapun yang menang, kita tetap bisa kaya. Kita sih
tinggal ngitung duit sambil ongkang-ongkang kaki!”
“Bener-bener ide brilian!” Gorbachev tersenyum licik “Tapi gimana kalo justru
mereka jadi sadar dan malah balik gunain senjata tuk nyerang kita? Apa ga jadi
senjata makan tuan tuh?”
“Ah lu bego amat sih!” Bush sewot “Yang kita jual ke
mereka tuh senjata ecek-ecek aja. Senjata kuno yang udah ketinggalan jaman. Senjata-senjata
kita yang udah lusuh kita jualin ke mereka, daripada buluk di gudang, kan? Kalo
senjata nuklir dan peralatan tempur canggih sih jangan dijual. Itu buat kita
jaga-jaga kalo suatu waktu ada alien datang dari luar angkasa. Siapa tahu
sekarang ada alien di Planet Mars lagi ngarahin teropong ke bumi. Trus
tiba-tiba dia liat janda bahenol lagi mandi kemudian napsunya bangkit dan dia langsung
ngerahin armada angkasa tuk ngegerus kita semua!”
“Maksud lu, kita pertahanin senjata canggih, terus
senjata lama kita jualin ke negara yang berperang buat nambah kocek negara
kita?” Tanya Gorbachev sumringah.
Bush mengangguk dan keduanyapun saling berpelukan. Karena
singkong rebus dan ubi yang mereka makan udah habis, akhirnya kesepakatan bawah
tangan pun ditandatangani. Dan sejak itu, dunia jadi makin rusuh.
Nah itulah kira-kira jawaban kenapa dunia sampai saat
ini ga pernah lepas dari perang. Sekarang, setelah AS dan Rusia bekerjasama
(berdasarkan teori konspirasi gue diatas), pepatah jadi berubah. Waktu perang
dingin, ada istilah ‘dua gajah berkelahi, kijang mati ditengah-tengah’.
Sekarang istilahnya jadi ‘dua gajah bersatu padu, si kijang sama semua saudaranya,
ayahnya, ibunya, nenek, kakek, buyut, cucu, cicit, ikutan pada mampus semua
diseruduk’.
Gara-gara konspirasi sableng ini, negara-negara dunia
ketiga jadi makin rusuh. Satu negara selesai perang, yang lain baru mulai.
Negara Balkan baru selesai bertempur, Afrika bergolak. Afrika belum kelar
perang, Asia mulai panas. Ga ada hentinya.
Provokasi negara-negara adidaya yang ga bermoral itulah
yang bikin kita rakyat di negara miskin jadi pada blingsatan. Mereka seenaknya sruduk
sana sruduk sini kayak kerbau gila membuat negara-negara dunia ketiga pada
senewen. Semua negara jadi mendadak dirundung masalah dalam negeri. Jadinya boro-boro
bisa ningkatan ekonomi, buat nanganin masalah politik dalam negeri aja udah
nyaris semaput.
Ketika dunia sudah mulai agak mendingin, tiba-tiba
muncul isu terorisme. Tiap negara mendadak jadi punya masalah teroris. Dari
yang mulai skala lokal atau baru benih-benihnya saja, sampai yang udah skala
besar hingga terjadi kerusuhan nasional. Bagaimana dengan negara kita? Sami
mawon. Ngelihat negeri kita subur makmur dengan ekonomi tumbuh pesat hingga
dijuluki Macan Asia, ekonomi kita sengaja dibuat gonjang-ganjing. Buktinya pada
tahun 98. Ketika ekonomi negara kita sedang diatas puncak, tiba-tiba rupiah melorot
bak kolor putus talinya. Harga-harga melambung, rakyat menjerit. Orde baru pun
koleps dan runtuh. Kerusuhan sosial terjadi dimana-mana.
Untunglah negara kita masih diberkati. Kerusuhan tidak
meluas dan stabilitas politik masih bisa dipertahankan. Padahal gue sempat baca
di beberapa media, sebenarnya ada konspirasi asing yang menginginkan kerusuhan
di negara kita itu pecah menjadi perang antar etnis. Ada skenario besar yang
ingin agar negara kita runtuh, carut-marut dan terjadi perang saudara
berkepanjangan seperti yang terjadi di beberapa negara Afrika dan Amerika
Latin. Syukurlah waktu itu berbagai pihak masih bisa menahan diri. Mahasiswa
bergerak di jalur yang benar. Militer dengan bijak kembali ke markas dan ga mau
terlibat gontok-gontokan politik. Coba
kalo tahun 98 militer ikut campur, negara kita udah jadi bubur sum-sum.
Meski negara kita ini terpisah-pisah dengan laut,
terdiri dari ribuan pulau serta ratusan suku, bahasa dan budaya, kita ternyata terbukti
bener-bener sebuah bangsa yang solid. Sejak kemerdekaan tahun 45, politik dan
ekonomi negeri kita sudah berkali-kali diobok-obok campur tangan negara asing,
tapi kita tetap bertahan. Pasca kemerdekaan, negara kita pernah diacak-acak dan
diadu domba menjadi negara serikat. Kita pernah diserang agresi Belanda sampe
dua kali. Kita pernah dilanda berbagai pemberontakan dalam negeri seperti
DI/TII, PRRI, Permesta, GAM, RMS,
G30S/PKI hingga OPM.
Tahun 1998 kita nyaris runtuh secara sosial, ekonomi dan politik. Kita juga
nyaris adu jotos dengan Australia saat peristiwa lepasnya Timor Timur tahun 1999. Di
era reformasi kita jug akembali diganggu dengan berbagai peristiwa perseteruan
antar etnis di berbagai daerah seperti Aceh, Sampit, Sambas, Ambon, Maluku dan
lain-lain daerah. Tahun 2008 kita
kembali diserang gonjang-ganjing krisis ekonomi global. Tapi semua berhasil
kita lewati. Kita terbukti tangguh, tetap utuh dan tetap bisa bertahan!
So, yakinlah kita ini negara kuat. Kita tidak perlu
takut sama Amerika, Rusia, Inggris serta negara manapun di dunia. Mereka tuh
bangsa yang bisanya cuma tekan tombol jarak jauh tapi ga berani perang langsung.
Kita ambil contoh Amerika Serikat, negara yang katanya paling adidaya di dunia.
Sekarang gue tanya, kapan Amerika pernah menang perang dengan tenaganya
sendiri? Ga pernah Coy! Dulu AS merdeka dari jajahan Inggris karena bantuan
Perancis. AS menang PD II karena bantuan negara-negara sekutu. Menang lawan
Rusia di Afganistan Tahun 1989
karena bantuan NATO dan pasukan Mujahidin. Bahkan dia pernah mengalami
kekalahan memalukan oleh tentara Vietnam utara pada Tahun 1975 hingga lari
terbirit-birit. Padahal waktu itu AS dibantu 5 negara, Korea Selatan, Thailand,
Australia, Selandia Baru dan Filipina, tapi tetap aja dia KO. Antara tahun
1950-1960, celananya dipelorotin mata-mata China dan rahasia nuklirnya dicuri.
Tahun 1991 pasca
perang dingin, Amerika Serikat nangis-nangis memohon sama Perancis dan Inggris
tuk bantu ngebebasin cadangan minyaknya di Kuwait yang diserang Shadam Husein.
Tahun 2003 sukses ngejajah Irak, tapi sampai sekarang Irak tetap kisruh dan
tentara Amerika terus-terusan pada mati. Baru saja merasa bangga habis ngalahin
Irak, tahun 2001 dia kecolongan ketika gedung WTC di tanahnya sendiri di bom
tanpa dia bisa berbuat apapun. Ribut koar-koar mau ngeluarin semua persenjataan
buat balas dendam sama Osama Bin Laden. Dengan alasan ini, Amrik nyerang
Afganistan dan menjajah negara ini seenak perutnya. Afganistan berhasil
ditundukan, Osama yang udah kakek-kakek ternyata belum juga ketangkep. Untuk
membunuh orang tua ini saja, AS butuh waktu 10 tahun. Untung Osama udah tua,
coba kalo dia masih muda, mungkin seumur hidup ga akan pernah ketangkep.
Jadi kenapa kita harus takut sama negara adidaya?
Namanya saja adidaya, padahal sebenarnya dia tuh tak berdaya. Takut sama
bayangannya sendiri. Bisanya cuma gembar-gembor ngancam sana sini. Semua negara
ga boleh punya nuklir, tapi dia sendiri punya nuklir lebih banyak dari
siapapun. Petantang-petenteng sebagai polisi dunia, tapi diam-diam tengok kiri
tengok kanan takut ada yang mlorotin celananya. Beraninya nyerang negara lemah
yang ga punya nuklir kayak Irak, Afganistan dan Libya, tapi begitu berhadapan
sama negara yang punya nuklir seperti China, Iran dan Korea Utara, nyalinya
langsung ciut. Di muka publik gayanya sok pahlawan, gembar-gembor ngancam, tapi
kalo ditantang, ujung-ujungnya minta berunding.
Jadi gue sekali lagi tegaskan jangan takut sama negara
manapun. Jangan sampai terjadi lagi kejadian insiden memalukan kayak konflik
dengan Malaysia dulu. Waktu itu Malaysia seenaknya mencaplok pulau-pulau
terluar NKRI. Mungkin mereka pikir, Timor Timur aja yang segitu gedenya bisa
lepas, apalagi pulau-pulau segede daun kelor, pasti sekali renggut langsung
coplok.
Yang gue bikin jengkel, gue lihat pemerintah kita
nanggapi peristiwa itu dengan tanpa daya. Mungkin nyali pemerintah kita
langsung ciut begitu menyadari ga punya senjata buat ngadepin Malaysia. Udah
tahu kedaulatan negara diancem, eh masih adem-ayem aja.
Bener-benar heran sama pemerintah gue itu. Rakyat aja
pada demo dan menyatakan siap mengganyang Malaysia sampai hancur luluh. Tapi
pemerintahnya malah plintat-plintut. Mau ngomong aja susah. Alasannya takut
kalau nanggapin terlalu keras, tar Malaysia ngajak ribut. Lha, emang kalo
ngajak ribut terus kita takut gitu? Buat mertahanin kedaulatan sendiri kok para
pejabat malah rame-rame pada kencing di celana.
Yang lebih lucu lagi, melihat pulaunya diculik
tetangga, Panglima tertinggi angkatan bersenjata kita yaitu presiden malah cuma
ngomong “NKRI adalah harga mati!” Lho,
semua juga udah tau, Pak. Dari dulu NKRI itu harga mati bukan harga diskon. Apa
sih susahnya kalo ngomong “Hei Malaysia. Jangan macam-macam lu. Berani lu
ganggu kedaulatan negara gue, gue bikin lu semua jadi semur jengkol!” Ga susah
kan ngomong kayak gitu? Gertak sambal aja dulu. Malaysia juga ketar-ketir kok
kalo kita bener-bener ngajak perang. Kalo kita ngomongnya keras dan tegas, dia
juga pasti mundur ketakutan. Masa negara besar kayak kita nyalinya ciut sama
negara sekecil Malaysia.
Gue dulu inget, jaman Orde Baru, Malaysia tuh ga ada
apa-apanya. Pendidikan dan ekonominya jauh kalah sama kita. Banyak mahasiswanya
yang sekolah di negeri kita. Gue kenal beberapa dari mereka dan gue yakin, gue
masih jauh lebih pinter ketimbang mahasiswa negeri jiran itu. Tapi kenapa
sekarang malah terbalik? Malaysia nyalip dan secara ekonomi udah berkembang
jauh di depan kita, Jaman Orde Baru, kita nguasai ekonomi regional dan jadi salah
satu eksportir terbesar ke Malaysia. Sekarang malah kebalikannya. Satu-satunya
yang bisa kita ekspor cuma TKW. Dulu mana berani masyarakat Malaysia
macem-macem sama warga negara RI karena takut diganyang seperti jaman Soekarno
dulu. Sekarang TKW kita udah ga ada harganya dimata mereka. Digebukin,
diperkosa, disetrika dan ditipu tanpa digaji sementara pemerintah kita cuma
nyengir ga peduli.
Tidak hanya di bidang ekonomi, bahkan kekuatan Malaysia
pun udah lebih maju dari kita. Padahal waktu jaman Soekarno berjaya, mana
berani mereka berbuat macam-macam. Baru liat wajah kopral TNI lagi nongkrong di
kakus aja, Jenderal mereka langsung lari terkencing-kencing takut ditembak. Sekarang
setelah lihat negara kita melempem, Malaysia berani petantang-petenteng. Berani
kurang ajar, kayak banci baru habis ganti kelamin. Kenapa itu terjadi? Karena
sepanjang Orde Baru hingga sekarang, kita digigiti kutu busuk korupsi. Anggaran
beli pesawat jet diembat. Duit buat beli tank dimakan. Gaji prajurit disunat.
Alusista dipreteli. Semua pertahanan negara melemah karena dananya habis
disedot sama koruptor. Pantes aja begitu pamer adu kekuatan di tengah lautan,
anggota TNI langsung pada minder. Lha gimana nggak, kapal perang Malaysia
berlapis baja, lengkap dengan peralatan tempur canggih. Gimana dengan kapal
kita? Tampangnya aja kayak kapal tempur, padahal bodinya dari fiber yang
ditusuk pisau aja langsung bolong. Senjatanya masih pake senjata tahun 45, udah
pada keropos dan sering macet. Kalo sampe terjadi tembak-tembakan sama Tentara
Diraja Malaysia, udah pasti kita koit. Sekali tembak dengan peluru yang mereka
miliki, kapal fiber kita langsung berantakan kayak tahu ketiban batu batre.
Giliran kita giliran nembak mereka, tentara Malaysia kagak ada yang mati, cuma
pada tetanus karena peluru kita udah pada berkarat.
Kalau dianalogikan peristiwa waktu itu, pemerintah kita
ini kayak pemilik rumah yang lihat tetangganya geser pagar terus dia bilang
dengan sopan “Tanah saya itu harga mati lho”. Setelah itu dia cepat-cepat lari
ke dalam rumah, trus sembunyi di bawah ranjang sambil gemetaran. Lha liat kayak
gitu, tetangga jadi ga takut, digeser aja tu pagar seluas yang dia mau sambil
bilang “Mau tanah lo harga mati, harga pingsan, harga tepar, emang gue
pikirin!”
Itulah akibatnya kalo kita ga mau berkata tegas. Tapi
coba kalo kita datengi dia sambil bertolak pinggang “HE MONYET! ITU TANAH GUE,
BERANI LU GESER SEJENGKAL AJA, GOLOK GUE YANG BICARA!” Nah kalo ngomongnya
kayak gitu, dijamin tetangga langsung ketakutan. Seumur-umur dia ga akan
gangguin tanah kita lagi. Jadi lain kali kalau ada negara yang ngancam
kedaulatan kita, gertak aja dulu. Pamer gigi. Masalah nanti ternyata dia ngajak
perang, itu urusan belakangan. Kalo terjadi perang juga sebenarnya kita ga
perlu takut. Gue yakin semua rakyat, termasuk gue sendiri, akan ikut terjun
bertempur mempertahankan setiap jengkal darah. Bapak Presiden dan para menteri,
kalo emang takut mati, silakan sembunyi di belakang, atau ngungsi ke Australia.
Biarkan kami yang maju berperang.
Setahu gue, ga ada sejarahnya Indonesia kalah perang.
Sejak kita nyatakan kemerdekaan, Jepang kita ganyang, Belanda kita kebiri.
Tentara Sekutu yang didomplengi Inggris dan Amerika aja kita telanjangi,
jendralnya kita bom hingga mampus. Apalagi cuma Malaysia atau negara tetangga
kecil lainnya. Negara kita adalah negara besar yang penuh dengan pahlawan
perang. Negara kita dibangun diatas darah para pejuang kawakan. Kita keturunan
nenek moyang yang sudah terbiasa berperang sejak jaman Ken Arok. Sedangkan
Malaysia? Kapan mereka pernah berperang?
Meskipun mereka punya senjata canggih, tapi mereka ga
punya pengalaman tempur sama sekali. Kita ini kayak gembel miskin berbekal
pisau dapur yang tiap hari harus berkelahi rebutin makanan. Sementara Malaysia
itu kayak hartawan gendut kaya raya yang tiap hari petantang-petenteng sambil
bawa-bawa golok daging yang cara ngegunainnya saja dia ga tau. Kalo si gembel
berkelahi sama si hartawan, tentu si gembel yang bakal menang.
Kita ini bangsa miskin, udah terbiasa hidup sengsara.
Terbiasa menderita, terbiasa rebutan BLT, antri BBM, kena banjir, kena tsunami,
diguncang gempa dan beragam penderitaan. Semua itu bikin kita jadi kuat. Jadi
ngapain kita takut sama negara Malaysia yang cuma luntang-lantung jual tampang.
Kita kirim aja 20 juta rakyat miskin Indonesia ke Malaysia. Dijamin dalam
setahun Malaysia bangkrut. Kalau ga, kita ambil jalan keras. Diam-diam kita
kirim sepucuk pistol ke semua TKW dan TKI kita di Malaysia, trus malem-malem
suruh tembakin tuh orang Malaysia sekampung, dijamin sepertiga penduduk
Malaysia habis semua. Kalo Malaysia masih tetap berdiri, jalan terakhir adalah
kita kirim Sumanto dan anak cucunya kesana. Gue jamin kurang dari lima tahun,
semua rakyat Malaysia habis dimakanin.
Sebagai negara berdaulat, kita ga usah takut sama
siapapun. Negara tetangga ngajak ribut, kita ga usah jadi pengecut. Lu jual gue
beli. Lu ngajak perang, gue serbu. Tapi kalau kemudian negara tetangga kita sadar
diri, minta maaf, terus ngajak kita damai, ya kita rangkul mereka dengan mesra.
Itulah sikap seorang pahlawan. Lemah lembut dan sopan santun, tapi kalo suatu
waktu harga dirinya disentil, ga akan mundur selangkahpun. Lu baik gue peluk,
lu jahat gue gebuk. Itu prinsip seorang pendekar sejati. Ga pernah mau bikin
ribut, tapi kalo diajak ribut, ga akan mundur walau sejengkal.
Saat ini kita ga usah terpengaru isu-isu internasional.
Isu terorisme udah basi. Kita udah kebal. Isu penyadapan cuma omong kosong,
hanya phobia sejumlah pejabat korup yang takut Hpnya kena sadap Intelijen
Australia, terus dibeberkan di media. Melorotnya nilai tukar rupiah, kenaikan
harga sembako, kelangkaan BBM, PEMILU, PILKADA dan segambreng masalah lain cuma
insidentil. Semua masalah itu bisa kita selesaikan kalau kita bisa melakukan
satu hal yaitu MEMBASMI KORUPTOR!
Korupsi adalah akar dari semua masalah di negeri kita.
Kalau semua koruptor kita berangus hingga ke akar-akarnya, semua masalah tetek
bengek yang kita hadapi akan selesai dengan sendirinya. Militer kita akan
kembali berjaya hingga tak ada satupun negara tetangga berani macam-macam.
Ekonomi akan tumbuh pesat. Stabilitas politik akan semantap benteng Takeshi.
Harga-harga kebutuhan pokok akan terjun bebas semurah-murahnya. 1 US Dollar
akan setara dengan 100 rupiah. Pertamina akan bersih dari manipulasi hingga BBM
dan gas membludak nyaris ga tertampung, tinggal nyiduk doang ga usah bayar.
Pendidikan dan kesehatan akan benar-benar gratis dengan kualitas dan pelayanan
nomor satu. Para penjahat pada pensiun karena lowongan kerja banyak. Polisi,
Satpam, hansip dan petugas ronda pada nganggur karena tidak ada lagi maling,
pencuri, penjambret, tukang copet dan lainnya. Mereka udah ganti profesi jadi
manajer, mandor pabrik dan pegawai kantoran. Satpol PP dibubarin karena semua
pedagang kaki lima udah punya ruko masing-masing. Negara aman, tentram, damai.
Ga ada lagi kerbau gila yang maen sruduk sana sini! ***
wah kerena ni emang judulnya Ngocol tapi isinya IQ tingkat Dewa hahahaha
ReplyDeleteklo artikel ini dibaca ama generasi bangsa ini gw yakin 2 bulan sampe 9 bulan kedepan
bisa ngelahirin generasi yang memiliki
jiwa nasionalisme tingkat Herkuless hahaha semangat bang lanjutkan