Pages

Welcome.....

SELAMAT DATANG di blog ngocol politik. Tempat gue ngocol segala macam topik dari mulai masalah politik, berita terkini, opini publik, pengetahuan populer hingga humor. Blog ini 100% buah pikiran anak negeri, bebas dari afiliasi politik dan SARA. Semua orang boleh baca, syaratnya ga boleh sakit hati ha ha.! So, enjoy my blog!

May 20, 2014

Jurus Kerbau Gila...



Kalau gue sejenak merhatiin berita luar negeri, gue jadi ngeri sendiri. Ternyata dunia makin hari makin kisruh. Perang dimana-mana, teroris makin menggila. Selama 30 tahun terakhir, dunia bukannya makin damai malah makin kacau-balau. Di jaman serba modern dengan peradaban manusia yang makin tinggi, ternyata masih ada saja negara-negara yang sibuk berperang, saling menumpahkan darah tanpa henti. 


Di sejumlah negara Afrika perang saudara masih berkecamuk hingga sekarang. Di Timur Tengah, negara-negara masih juga terus berperang. Irak, Afganistan, Palestina, Israel, Suriah dan Libya masih dilanda perang, baik perang karena diobok-obok negara asing maupun perang antar saudara di negeri sendiri. Sejumlah negara di Amerika Latin juga masih terjadi pertumpahan darah.
Bagaimana dengan Asia? Sama saja. Meski skalanya lebih kecil, perang terus terjadi. Pemerintah melawan pemberontak, polisi melawan teroris, tentara melawan milisi. India saling berkacak pinggang dengan Pakistan dan nyaris gebuk-gebukan pake nuklir. Korea Utara dari dulu masih saling ancam dan saling intai dengan Korea Selatan. China terus marah-marahan sama Jepang. Pemberontakan masih berkecamuk di Thailand, Philipina bahkan Indonesia sendiri masih belum lepas dari gangguan kaum separatis.
Gue ga ngerti sebenarnya buat apa kita harus perang? Gue setuju sama lirik lagu Iwan Fals berjudul Puing:
Perang perang lagi
Semakin menjadi
Berita ini hari
Berita jerit pengungsi
......
Tuan tolonglah tuan
Perang dihentikan
Lihatlah ditanah yang basah
Air mata bercampur darah
Bener kata Bang Iwan, Ngapain sih perang? Cuma buang-buang nyawa manusia tanpa arti. Bener-bener cara paling bego tuk nyelesaiin masalah. Kalau perangnya dilakukan tuk ngusir penjajah yang bandel ga mau pergi sih gue masih OK. Tapi kalo cuma perang saudara dan saling memperebutkan kekuasaan, bener-bener cara paling tolol. Emang ga ada cara lain selain perang? Berkelahi di ring tinju, misalnya. Kalo ada yang mau jadi pemimpin negara, kasih aja dia sarung tinju trus suruh saling gebuk sama Presiden yang berkuasa. Nah, siapa yang menang, dialah yang berhak jadi penguasa negeri. Kalo males tinju karena udah pada tua, ya ganti aja sama main catur. Ga bisa main catur? Ganti sama permainan ludo, halma atau ular tangga. Beres kan? Ga usah ngeluarin biaya perang, ga usah ada rakyat yang mati, ga ribet ngurusin pengungsi dan ga usah cemas ancaman bahaya kelaparan.
Kalau manusia terus berperang, siapa yang untung? Tentu saja pabrik pembuat senjata. Ketika dua kubu saling adu jotos, yang untung ya pedagang senjata kayak mereka. Ini kan hukum ekonomi. Kalo lu punya produk, terus produk lu pingin laku, lu harus masukin ke pasar. Kalo pasarnya ga ada, ya lu harus bikin pasarnya. Nah kalo lu pedagang senjata, pengen barang dagangan lu laku, ya lu harus bikin kisruh biar terjadi perang.
Kalo kita amati baik-baik, perang apapun, dimanapun, pasti ada dua kubu yang ada belakang mereka. Satu Amerika Serikat dan satu lagi Rusia. Dulu waktu perang dingin AS dengan Soviet bubaran, kita pada senang kan? Padahal justru dunia makin terancam gara-gara berakhirnya perang dingin. Di masa perang dingin, AS dan Soviet musuhan, saling incar kelemahan masing-masing. Tapi begitu keduanya damai, mereka ga punya lagi kerjaan, jadinya malah ngobok-ngobok negara tetangga.
Perang Dingin terjadi karena kedua negara adidaya itu emang udah ga bisa apa-apa. Mereka berdua punya ribuan hulu ledak nuklir, dan mereka tahu persis kalo terjadi perang keduanya bakal mampus, jadinya mereka cuma diem-dieman aja. Kaya dua ekor kucing terhalang pagar bambu, cuma saling ancem, saling tatap, tanpa ada satupun yang berani mulai menyerang. Karena bosan puluhan tahun saling curiga, saling tatap tanpa bisa bergerak, senjata-senjata mereka jadi pada bulukan. Duit kas juga nyaris habis karena saling bersaing teknologi tanpa hasil. Satu-satunya jalan untuk mulihin ekonomi mereka ya dengan cara membuat negara-negara dunia ketiga saling berperang, sehingga senjata mereka bisa dijual dan jadi duit.
Menurut gue, masa-masa Perang Dingin itu sebenarnya masa-masa menguntungkan buat negara non-blok kayak kita. Ketika dua ekor singa saling berkelahi, binatang lain kan jadi aman untuk sementara. Ini juga sama. Ketika AS-Soviet saling incer, mereka lupa dengan negara-negara diluar dua aliansi tersebut. Saat itu semua energi dicurahkan untuk bersaing persenjataan dan teknologi. Tapi begitu Perang Dingin usai, mereka mulai deh menatap negara-negara kecil dengan penuh minat. Irak mulai di serang, negara-negara Balkan mulai rusuh. Isu teroris mulai disebarkan dan dunia pun makin carut-marut.
Ngomong-ngomong tentang masa Perang Dingin yang terjadi pasca Perang Dunia II sampai berakhir pada Tahun1991, banyak hal yang membuat gue sering senyum sendiri. Bener kata orang bahwa kalo dua orang sedang saling bersaing, logika jadi hilang. Begitu juga dengan AS dan Soviet waktu itu. Masih inget kan waktu kosmonot Rusia, Yuri Margarin eh Yuri Gagarin sukses jadi manusia pertama yang nongkrong di luar angkasa pada 1961? Saat itu Amerika langsung blingsatan karena tertinggal teknologi. Semua ilmuwan NASA dikumpulin terus dicambukin biar pada mikir.
Menurut sebuah cerita yang ga jelas sumbernya, ketika Soviet sukses dengan program manusia ruang angkasa mereka, Gedung Putih jadi gempar. Semua pejabat AS panik kayak monyet kebakaran buntut. Tengah malam Presiden Kennedy naik ke atap Gedung Putih sambil menatap langit malam. “Gimana caranya biar gue bisa ngalahin si Krushchev (Perdana Mentri Soviet saat itu)” Pikirnya dengan gelisah. Kebetulan waktu itu lagi Bulan Purnama. Kennedy pun langsung memandang bulan dengan penuh antusias. Matanya jadi merah. Urat-urat di badannya pada bertonjolan. Kuku-kuku jari tangannya langsung memanjang jadi cakar yang menyeramkan. Sambil menatap bulan tiba-tiba dia teriak “AAAUUUUUUU..........!” dan keluarlah bulu dari seluruh badannya. Ups....itu sih proses terbentuknya Werewolf ya. Ya pokoknya Kennedy jadi terinspirasi deh begitu menatap bulan.
“Gue harus bikin bangsa Amerika jadi bangsa pertama yang mendarat di Bulan. Gue akan paksa NASA tuk ngewujudin mimpi gue. Kalo ga bisa, gue cekik direkturnya hingga mampus!” Mungkin gitulah kira-kira pemikiran Presiden AS waktu itu.
 Akhirnya Tahun 1962, niat Kennedy memperkosa bulan yang masih perawan itu mulai diwujudkan. Semua ilmuwan terbaik negeri dikumpulin, terus dipaksa biar pada mikir. “Pikirkan gimana caranya biar kita bisa mendarat di bulan. Jangan makan, jangan tidur, pokonya mikir 24 jam. Sebelum rambut lu pada rontok dan pala lu pada botak semua, ga boleh berhenti! “ Teriak Kennedy sama para ilmuwan NASA. “Kalo perlu, gue akan sediain WC satu orang satu plus rokok Gudang Garam Merah satu bungkus tiap hari biar lu bisa nongkrong sambil cari inspirasi!”  T
idak hanya ngumpulin ilmuwan, Kennedy juga ngumpulin dana besar-besaran hingga diperkirakan mencapai 40 miliar dollar (waktu itu duit segitu udah luar biasa besarnya) hingga Amerika nyaris bangkrut. Bahkan saking habisnya duit, kabarnya Kennedy nekat nyuruh walikota New York ngangkut Patung Liberty ke Pegadaian buat dapetin biaya tambahan.
Akhirnya pada bulan Juli 1969, enam tahun setelah kematian Kennedy, Amerika sukses mendaratkan manusia pertama di bulan lewat proyek Apolo 11. Semua rakyat Amerika berpesta-pora gembira. “Akhirnya kita ngalahin Soviet!” Teriak mereka bangga. Soviet cuma nyengir doang.
Setelah itu Apolo 12, 13 dst terus dikirim ke bulan. Tapi akhirnya Amerika sadar, di bulan ternyata ga ada apapun. Tadinya mereka berharap bisa nemu material aneh yang bisa digunakan buat ngedesain senjata canggih, tapi yang ditemukan cuma batuan-batuan buluk yang tidak berguna sama sekali. Barulah Amerika menyesal telah ditipu habis-habisan sama Soviet. Presiden Soviet ketawa-ketiwi “Ha..ha mampus lu Amerika. Berhasil lu gue kadalin. Diprovokator dikit udah blingsatan. Makan tuh batu Bulan. Lu pikir gue ga bisa ngirim orang ke bulan? Bisa, Bro. Cuma ngapain? Mau bikin mal disana? Mau bikin kondominium? Siapa yang mau beli? Alien aja ogah tinggal disana. Lha buat napas aja sesek apalagi buat idup!”
Itulah salah satu bentuk persaingan konyol AS-Soviet semasa perang dingin. Pada akhirnya, dua negara bego itu sadar bahwa apa yang mereka lakukan selama ini ternyata ga berguna sama sekali. Ga ada hasilnya, kecuali Pejabat CIA dan KGB yang pada gemuk karena kelebihan anggaran. Pada Tahun 1989 kedua negara sepakat untuk mengakhiri perang dingin. Kedua pimpinan negara, waktu itu Amerika dipimpin George Bush senior dan Soviet dipimpin  Mikhail Gorbachev, menandatangani perjanjian damai.
Menurut salah satu sumber berita dari dunia khayal, sebelum penandatanganan perdamaian di forum resmi, kedua pimpinan sempat melakukan pertemuan pendahuluan di suatu tempat yang dirahasiakan. Menurut kabar burung, pertemuan tersebut dilakukan di sebuah desa di kawasan Lembang, Bandung.  Awalnya gua nyaris ga percaya, masa pertemuan sepenting itu dilakukan di Indonesia. Emang itu cuma kabar burung, tapi tu burung dapet kabar dari mana? Wong burung gue aja diem ga ngasih komentar. Kalo bener Bush dan Gorbachev rundingan di Bandung, pasti burung gue ngasih tahu kan?
Meski begitu, kalo dipikir emang mungkin juga sih. Coba siapa yang nyangka kalau dua pemimpin negara adidaya kongkow-kongkow di Lembang. Gue aja yang orang Indonesia asli ga percaya, apalagi mata-mata negara lain. Itulah kehebatan KGB dan CIA, mampu merencanakan sesuatu yang benar-benar tak terduga dan bisa menipu publik.
Di sebuah gubuk tua, Presiden AS dan Perdana Menteri Rusia bertemu dalam suasana yang penuh rahasia. Untuk memastikan penyamaran mereka ga diketahui mata-mata negara lain, Bush nyamar jadi petani sayuran sementara Gorbachev nyamar jadi pedagang panci keliling. Setelah keduanya merasa aman, pertemuan pun dimulai.
“Gue nyaris bangkrut nih, Bush!” Kata Gorbachev sambil muter-muter panci jualannya.
“Sama, Gor, gue juga!” Jawab Bush. Caping bambunya diletakan di dekat perapian. ”Senjata kita udah pada buluk. Instalasi Nuklir pada jamuran karena ga pernah dipake. Agen mata-mata juga udah pada bangkotan, ga ada semangat lagi!”
Gorbachev mengangguk sedih. “Kita bedua ini pada bego ya. Ngapain perang dingin bertahun-tahun sementara tidak ada satupun dari kita yang berani memulai peperangan.  Kalo gue tembak lu pake nuklir, lu juga pasti tembak gue. Kita berdua mampus dan semua orang bakal ngetawain kebegoan kita!”
“Makanya kita damei aja, deh!” Jawab Bush sambil nyeruput kopi pahit yang disodorkan seorang agen CIA.
“Gimana caranya?” Gorbachev menggaruk-garuk kepalanya yang udah mulai botak “Kalo tiba-tiba kita damai terus salaman, pasti pada diketawain negara-negara seluruh dunia. Tar mereka bilang, lihat tuh Soviet dan AS, bertahun-tahun gebuk-gebukan, eh tiba-tiba aja salaman kayak orang gila!”
“Gini aja deh! Gue ada usul!” Ujar Bush.”Gue liat negara lu makin miskin aja dari tahun-ketahun. Lama-lama kekuasaan Kremlin bisa dikudeta sama rakyat. Biar kita atur gini aja. Lu bubarin tuh Soviet. Negara-negara satelit lu lepas. Daerah kekuasaan lu cuma Rusia aja. Nah terus lu pura-pura nganut demokrasi. Tar pengusaha AS gue suruh investasi di negara lu. Dengan cara ini negara lu akan slamet dari kerusuhan dalam negeri!”
Gorbachev nganguk-ngangguk sambil nyosor singkong rebus yang disodorkan agen KGB. “Bikin reformasi damai ya? Pinter juga akal lu. Tapi kalo tar gue bubarin Soviet, tar lu tembak gue kagak?”
“Kagak, lah!” Jawab Bush “Ngapain gue tembak lu. Tar lu juga pasti tembak gue kan? Bisa-bisa kita berdua mampus bareng-bareng. Pokoknya gini aja. Biar lu kagak ketakutan ama gue,  instalasi nuklir, militer dan persenjataan utama Soviet lu pertahankan jangan sampe lepas. Jadi biar negara lu tinggal Rusia, tapi lu tetap jadi negara kuat.”
“Ide lu emang hebat. Tapi kalo Soviet bubar, Rusia bisa jadi negara miskin. Tar gue ama anak cucu mau makan apa?” Tanya Gorbachev sambil nelan singkong rebusnya, terus buru-buru nyari air karena keselek.
“Gampang! Kita kan selama ini berperang di banyak front, di Afganistan, di Kuba, di Korea, di Vietnam. Duit habis buat bikin senjata, sementara pemasukan ga ada. Nah sekarang kita ganti strategi. Kita buat negara lain yang berperang. Terus kita jual senjatanya ke mereka. Mereka yang pada mati, tapi kita yang jadi kaya raya!”
 “Cerdas juga lu, Bro!” Kata Gorbachev sambil tertawa ngakak hingga singkong rebus di mulutnya bermuncratan. “Tapi ngomong-ngomong gimana caranya biar negara-negara lain pada berperang?”
“Ah gampang aja!” Jawab Bush sambil mengganyang goreng ubi “Gue akan gunain demokrasi tuk ngobok-ngobok negara dunia ketiga. Gue tuduh tu negara punya pemimpin yang diktator, nyimpen senjata pemusnah masal, bikin nuklir tuk perang, atau ngelindungi teroris. Tar gue pengaruhi rakyat disana tuk ngeberontak. Gue suruh mereka beli senjata ke gue. Nah kalo terjadi perang, pemerintah disana kan panik tuh. Si pemerintah pasti nyari senjata buat ngebales pemberontak. Coba lu tebak kemana dia akan beli senjata? Pasti ke tempat lu kan? Nah kalo mereka udah pada bertempur, kita biarin kedua kubu gontok-gontokan. Ga peduli siapapun yang menang, kita tetap bisa kaya. Kita sih tinggal ngitung duit sambil ongkang-ongkang kaki!”
“Bener-bener ide brilian!” Gorbachev tersenyum licik “Tapi gimana kalo justru mereka jadi sadar dan malah balik gunain senjata tuk nyerang kita? Apa ga jadi senjata makan tuan tuh?”
“Ah lu bego amat sih!” Bush sewot “Yang kita jual ke mereka tuh senjata ecek-ecek aja. Senjata kuno yang udah ketinggalan jaman. Senjata-senjata kita yang udah lusuh kita jualin ke mereka, daripada buluk di gudang, kan? Kalo senjata nuklir dan peralatan tempur canggih sih jangan dijual. Itu buat kita jaga-jaga kalo suatu waktu ada alien datang dari luar angkasa. Siapa tahu sekarang ada alien di Planet Mars lagi ngarahin teropong ke bumi. Trus tiba-tiba dia liat janda bahenol lagi mandi kemudian napsunya bangkit dan dia langsung ngerahin armada angkasa tuk ngegerus kita semua!”
“Maksud lu, kita pertahanin senjata canggih, terus senjata lama kita jualin ke negara yang berperang buat nambah kocek negara kita?” Tanya Gorbachev sumringah.
Bush mengangguk dan keduanyapun saling berpelukan. Karena singkong rebus dan ubi yang mereka makan udah habis, akhirnya kesepakatan bawah tangan pun ditandatangani. Dan sejak itu, dunia jadi makin rusuh.
Nah itulah kira-kira jawaban kenapa dunia sampai saat ini ga pernah lepas dari perang. Sekarang, setelah AS dan Rusia bekerjasama (berdasarkan teori konspirasi gue diatas), pepatah jadi berubah. Waktu perang dingin, ada istilah ‘dua gajah berkelahi, kijang mati ditengah-tengah’. Sekarang istilahnya jadi ‘dua gajah bersatu padu, si kijang sama semua saudaranya, ayahnya, ibunya, nenek, kakek, buyut, cucu, cicit, ikutan pada mampus semua diseruduk’.
Gara-gara konspirasi sableng ini, negara-negara dunia ketiga jadi makin rusuh. Satu negara selesai perang, yang lain baru mulai. Negara Balkan baru selesai bertempur, Afrika bergolak. Afrika belum kelar perang, Asia mulai panas. Ga ada hentinya.
Provokasi negara-negara adidaya yang ga bermoral itulah yang bikin kita rakyat di negara miskin jadi pada blingsatan. Mereka seenaknya sruduk sana sruduk sini kayak kerbau gila membuat negara-negara dunia ketiga pada senewen. Semua negara jadi mendadak dirundung masalah dalam negeri. Jadinya boro-boro bisa ningkatan ekonomi, buat nanganin masalah politik dalam negeri aja udah nyaris semaput.
Ketika dunia sudah mulai agak mendingin, tiba-tiba muncul isu terorisme. Tiap negara mendadak jadi punya masalah teroris. Dari yang mulai skala lokal atau baru benih-benihnya saja, sampai yang udah skala besar hingga terjadi kerusuhan nasional. Bagaimana dengan negara kita? Sami mawon. Ngelihat negeri kita subur makmur dengan ekonomi tumbuh pesat hingga dijuluki Macan Asia, ekonomi kita sengaja dibuat gonjang-ganjing. Buktinya pada tahun 98. Ketika ekonomi negara kita sedang diatas puncak, tiba-tiba rupiah melorot bak kolor putus talinya. Harga-harga melambung, rakyat menjerit. Orde baru pun koleps dan runtuh. Kerusuhan sosial terjadi dimana-mana.
Untunglah negara kita masih diberkati. Kerusuhan tidak meluas dan stabilitas politik masih bisa dipertahankan. Padahal gue sempat baca di beberapa media, sebenarnya ada konspirasi asing yang menginginkan kerusuhan di negara kita itu pecah menjadi perang antar etnis. Ada skenario besar yang ingin agar negara kita runtuh, carut-marut dan terjadi perang saudara berkepanjangan seperti yang terjadi di beberapa negara Afrika dan Amerika Latin. Syukurlah waktu itu berbagai pihak masih bisa menahan diri. Mahasiswa bergerak di jalur yang benar. Militer dengan bijak kembali ke markas dan ga mau terlibat gontok-gontokan politik.  Coba kalo tahun 98 militer ikut campur, negara kita udah jadi bubur sum-sum.
Meski negara kita ini terpisah-pisah dengan laut, terdiri dari ribuan pulau serta ratusan suku, bahasa dan budaya, kita ternyata terbukti bener-bener sebuah bangsa yang solid. Sejak kemerdekaan tahun 45, politik dan ekonomi negeri kita sudah berkali-kali diobok-obok campur tangan negara asing, tapi kita tetap bertahan. Pasca kemerdekaan, negara kita pernah diacak-acak dan diadu domba menjadi negara serikat. Kita pernah diserang agresi Belanda sampe dua kali. Kita pernah dilanda berbagai pemberontakan dalam negeri seperti DI/TII, PRRI, Permesta, GAM, RMS, G30S/PKI hingga OPM. Tahun 1998 kita nyaris runtuh secara sosial, ekonomi dan politik. Kita juga nyaris adu jotos dengan Australia saat peristiwa lepasnya Timor Timur tahun 1999. Di era reformasi kita jug akembali diganggu dengan berbagai peristiwa perseteruan antar etnis di berbagai daerah seperti Aceh, Sampit, Sambas, Ambon, Maluku dan lain-lain daerah. Tahun 2008 kita kembali diserang gonjang-ganjing krisis ekonomi global. Tapi semua berhasil kita lewati. Kita terbukti tangguh, tetap utuh dan tetap bisa bertahan! 
So, yakinlah kita ini negara kuat. Kita tidak perlu takut sama Amerika, Rusia, Inggris serta negara manapun di dunia. Mereka tuh bangsa yang bisanya cuma tekan tombol jarak jauh tapi ga berani perang langsung. Kita ambil contoh Amerika Serikat, negara yang katanya paling adidaya di dunia. Sekarang gue tanya, kapan Amerika pernah menang perang dengan tenaganya sendiri? Ga pernah Coy! Dulu AS merdeka dari jajahan Inggris karena bantuan Perancis. AS menang PD II karena bantuan negara-negara sekutu. Menang lawan Rusia di Afganistan Tahun 1989 karena bantuan NATO dan pasukan Mujahidin. Bahkan dia pernah mengalami kekalahan memalukan oleh tentara Vietnam utara pada Tahun 1975 hingga lari terbirit-birit. Padahal waktu itu AS dibantu 5 negara, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina, tapi tetap aja dia KO. Antara tahun 1950-1960, celananya dipelorotin mata-mata China dan rahasia nuklirnya dicuri.
Tahun 1991 pasca perang dingin, Amerika Serikat nangis-nangis memohon sama Perancis dan Inggris tuk bantu ngebebasin cadangan minyaknya di Kuwait yang diserang Shadam Husein. Tahun 2003 sukses ngejajah Irak, tapi sampai sekarang Irak tetap kisruh dan tentara Amerika terus-terusan pada mati. Baru saja merasa bangga habis ngalahin Irak, tahun 2001 dia kecolongan ketika gedung WTC di tanahnya sendiri di bom tanpa dia bisa berbuat apapun. Ribut koar-koar mau ngeluarin semua persenjataan buat balas dendam sama Osama Bin Laden. Dengan alasan ini, Amrik nyerang Afganistan dan menjajah negara ini seenak perutnya. Afganistan berhasil ditundukan, Osama yang udah kakek-kakek ternyata belum juga ketangkep. Untuk membunuh orang tua ini saja, AS butuh waktu 10 tahun. Untung Osama udah tua, coba kalo dia masih muda, mungkin seumur hidup ga akan pernah ketangkep.
Jadi kenapa kita harus takut sama negara adidaya? Namanya saja adidaya, padahal sebenarnya dia tuh tak berdaya. Takut sama bayangannya sendiri. Bisanya cuma gembar-gembor ngancam sana sini. Semua negara ga boleh punya nuklir, tapi dia sendiri punya nuklir lebih banyak dari siapapun. Petantang-petenteng sebagai polisi dunia, tapi diam-diam tengok kiri tengok kanan takut ada yang mlorotin celananya. Beraninya nyerang negara lemah yang ga punya nuklir kayak Irak, Afganistan dan Libya, tapi begitu berhadapan sama negara yang punya nuklir seperti China, Iran dan Korea Utara, nyalinya langsung ciut. Di muka publik gayanya sok pahlawan, gembar-gembor ngancam, tapi kalo ditantang, ujung-ujungnya minta berunding.
Jadi gue sekali lagi tegaskan jangan takut sama negara manapun. Jangan sampai terjadi lagi kejadian insiden memalukan kayak konflik dengan Malaysia dulu. Waktu itu Malaysia seenaknya mencaplok pulau-pulau terluar NKRI. Mungkin mereka pikir, Timor Timur aja yang segitu gedenya bisa lepas, apalagi pulau-pulau segede daun kelor, pasti sekali renggut langsung coplok.
Yang gue bikin jengkel, gue lihat pemerintah kita nanggapi peristiwa itu dengan tanpa daya. Mungkin nyali pemerintah kita langsung ciut begitu menyadari ga punya senjata buat ngadepin Malaysia. Udah tahu kedaulatan negara diancem, eh masih adem-ayem aja.
Bener-benar heran sama pemerintah gue itu. Rakyat aja pada demo dan menyatakan siap mengganyang Malaysia sampai hancur luluh. Tapi pemerintahnya malah plintat-plintut. Mau ngomong aja susah. Alasannya takut kalau nanggapin terlalu keras, tar Malaysia ngajak ribut. Lha, emang kalo ngajak ribut terus kita takut gitu? Buat mertahanin kedaulatan sendiri kok para pejabat malah rame-rame pada kencing di celana.
Yang lebih lucu lagi, melihat pulaunya diculik tetangga, Panglima tertinggi angkatan bersenjata kita yaitu presiden malah cuma ngomong  “NKRI adalah harga mati!” Lho, semua juga udah tau, Pak. Dari dulu NKRI itu harga mati bukan harga diskon. Apa sih susahnya kalo ngomong “Hei Malaysia. Jangan macam-macam lu. Berani lu ganggu kedaulatan negara gue, gue bikin lu semua jadi semur jengkol!” Ga susah kan ngomong kayak gitu? Gertak sambal aja dulu. Malaysia juga ketar-ketir kok kalo kita bener-bener ngajak perang. Kalo kita ngomongnya keras dan tegas, dia juga pasti mundur ketakutan. Masa negara besar kayak kita nyalinya ciut sama negara sekecil Malaysia.
Gue dulu inget, jaman Orde Baru, Malaysia tuh ga ada apa-apanya. Pendidikan dan ekonominya jauh kalah sama kita. Banyak mahasiswanya yang sekolah di negeri kita. Gue kenal beberapa dari mereka dan gue yakin, gue masih jauh lebih pinter ketimbang mahasiswa negeri jiran itu. Tapi kenapa sekarang malah terbalik? Malaysia nyalip dan secara ekonomi udah berkembang jauh di depan kita, Jaman Orde Baru, kita nguasai ekonomi regional dan jadi salah satu eksportir terbesar ke Malaysia. Sekarang malah kebalikannya. Satu-satunya yang bisa kita ekspor cuma TKW. Dulu mana berani masyarakat Malaysia macem-macem sama warga negara RI karena takut diganyang seperti jaman Soekarno dulu. Sekarang TKW kita udah ga ada harganya dimata mereka. Digebukin, diperkosa, disetrika dan ditipu tanpa digaji sementara pemerintah kita cuma nyengir ga peduli.
Tidak hanya di bidang ekonomi, bahkan kekuatan Malaysia pun udah lebih maju dari kita. Padahal waktu jaman Soekarno berjaya, mana berani mereka berbuat macam-macam. Baru liat wajah kopral TNI lagi nongkrong di kakus aja, Jenderal mereka langsung lari terkencing-kencing takut ditembak. Sekarang setelah lihat negara kita melempem, Malaysia berani petantang-petenteng. Berani kurang ajar, kayak banci baru habis ganti kelamin. Kenapa itu terjadi? Karena sepanjang Orde Baru hingga sekarang, kita digigiti kutu busuk korupsi. Anggaran beli pesawat jet diembat. Duit buat beli tank dimakan. Gaji prajurit disunat. Alusista dipreteli. Semua pertahanan negara melemah karena dananya habis disedot sama koruptor. Pantes aja begitu pamer adu kekuatan di tengah lautan, anggota TNI langsung pada minder. Lha gimana nggak, kapal perang Malaysia berlapis baja, lengkap dengan peralatan tempur canggih. Gimana dengan kapal kita? Tampangnya aja kayak kapal tempur, padahal bodinya dari fiber yang ditusuk pisau aja langsung bolong. Senjatanya masih pake senjata tahun 45, udah pada keropos dan sering macet. Kalo sampe terjadi tembak-tembakan sama Tentara Diraja Malaysia, udah pasti kita koit. Sekali tembak dengan peluru yang mereka miliki, kapal fiber kita langsung berantakan kayak tahu ketiban batu batre. Giliran kita giliran nembak mereka, tentara Malaysia kagak ada yang mati, cuma pada tetanus karena peluru kita udah pada berkarat.
Kalau dianalogikan peristiwa waktu itu, pemerintah kita ini kayak pemilik rumah yang lihat tetangganya geser pagar terus dia bilang dengan sopan “Tanah saya itu harga mati lho”. Setelah itu dia cepat-cepat lari ke dalam rumah, trus sembunyi di bawah ranjang sambil gemetaran. Lha liat kayak gitu, tetangga jadi ga takut, digeser aja tu pagar seluas yang dia mau sambil bilang “Mau tanah lo harga mati, harga pingsan, harga tepar, emang gue pikirin!”
Itulah akibatnya kalo kita ga mau berkata tegas. Tapi coba kalo kita datengi dia sambil bertolak pinggang “HE MONYET! ITU TANAH GUE, BERANI LU GESER SEJENGKAL AJA, GOLOK GUE YANG BICARA!” Nah kalo ngomongnya kayak gitu, dijamin tetangga langsung ketakutan. Seumur-umur dia ga akan gangguin tanah kita lagi. Jadi lain kali kalau ada negara yang ngancam kedaulatan kita, gertak aja dulu. Pamer gigi. Masalah nanti ternyata dia ngajak perang, itu urusan belakangan. Kalo terjadi perang juga sebenarnya kita ga perlu takut. Gue yakin semua rakyat, termasuk gue sendiri, akan ikut terjun bertempur mempertahankan setiap jengkal darah. Bapak Presiden dan para menteri, kalo emang takut mati, silakan sembunyi di belakang, atau ngungsi ke Australia. Biarkan kami yang maju berperang.
Setahu gue, ga ada sejarahnya Indonesia kalah perang. Sejak kita nyatakan kemerdekaan, Jepang kita ganyang, Belanda kita kebiri. Tentara Sekutu yang didomplengi Inggris dan Amerika aja kita telanjangi, jendralnya kita bom hingga mampus. Apalagi cuma Malaysia atau negara tetangga kecil lainnya. Negara kita adalah negara besar yang penuh dengan pahlawan perang. Negara kita dibangun diatas darah para pejuang kawakan. Kita keturunan nenek moyang yang sudah terbiasa berperang sejak jaman Ken Arok. Sedangkan Malaysia? Kapan mereka pernah berperang?
Meskipun mereka punya senjata canggih, tapi mereka ga punya pengalaman tempur sama sekali. Kita ini kayak gembel miskin berbekal pisau dapur yang tiap hari harus berkelahi rebutin makanan. Sementara Malaysia itu kayak hartawan gendut kaya raya yang tiap hari petantang-petenteng sambil bawa-bawa golok daging yang cara ngegunainnya saja dia ga tau. Kalo si gembel berkelahi sama si hartawan, tentu si gembel yang bakal menang.
Kita ini bangsa miskin, udah terbiasa hidup sengsara. Terbiasa menderita, terbiasa rebutan BLT, antri BBM, kena banjir, kena tsunami, diguncang gempa dan beragam penderitaan. Semua itu bikin kita jadi kuat. Jadi ngapain kita takut sama negara Malaysia yang cuma luntang-lantung jual tampang. Kita kirim aja 20 juta rakyat miskin Indonesia ke Malaysia. Dijamin dalam setahun Malaysia bangkrut. Kalau ga, kita ambil jalan keras. Diam-diam kita kirim sepucuk pistol ke semua TKW dan TKI kita di Malaysia, trus malem-malem suruh tembakin tuh orang Malaysia sekampung, dijamin sepertiga penduduk Malaysia habis semua. Kalo Malaysia masih tetap berdiri, jalan terakhir adalah kita kirim Sumanto dan anak cucunya kesana. Gue jamin kurang dari lima tahun, semua rakyat Malaysia habis dimakanin.
Sebagai negara berdaulat, kita ga usah takut sama siapapun. Negara tetangga ngajak ribut, kita ga usah jadi pengecut. Lu jual gue beli. Lu ngajak perang, gue serbu. Tapi kalau kemudian negara tetangga kita sadar diri, minta maaf, terus ngajak kita damai, ya kita rangkul mereka dengan mesra. Itulah sikap seorang pahlawan. Lemah lembut dan sopan santun, tapi kalo suatu waktu harga dirinya disentil, ga akan mundur selangkahpun. Lu baik gue peluk, lu jahat gue gebuk. Itu prinsip seorang pendekar sejati. Ga pernah mau bikin ribut, tapi kalo diajak ribut, ga akan mundur walau sejengkal.
Saat ini kita ga usah terpengaru isu-isu internasional. Isu terorisme udah basi. Kita udah kebal. Isu penyadapan cuma omong kosong, hanya phobia sejumlah pejabat korup yang takut Hpnya kena sadap Intelijen Australia, terus dibeberkan di media. Melorotnya nilai tukar rupiah, kenaikan harga sembako, kelangkaan BBM, PEMILU, PILKADA dan segambreng masalah lain cuma insidentil. Semua masalah itu bisa kita selesaikan kalau kita bisa melakukan satu hal yaitu MEMBASMI KORUPTOR!

Korupsi adalah akar dari semua masalah di negeri kita. Kalau semua koruptor kita berangus hingga ke akar-akarnya, semua masalah tetek bengek yang kita hadapi akan selesai dengan sendirinya. Militer kita akan kembali berjaya hingga tak ada satupun negara tetangga berani macam-macam. Ekonomi akan tumbuh pesat. Stabilitas politik akan semantap benteng Takeshi. Harga-harga kebutuhan pokok akan terjun bebas semurah-murahnya. 1 US Dollar akan setara dengan 100 rupiah. Pertamina akan bersih dari manipulasi hingga BBM dan gas membludak nyaris ga tertampung, tinggal nyiduk doang ga usah bayar. Pendidikan dan kesehatan akan benar-benar gratis dengan kualitas dan pelayanan nomor satu. Para penjahat pada pensiun karena lowongan kerja banyak. Polisi, Satpam, hansip dan petugas ronda pada nganggur karena tidak ada lagi maling, pencuri, penjambret, tukang copet dan lainnya. Mereka udah ganti profesi jadi manajer, mandor pabrik dan pegawai kantoran. Satpol PP dibubarin karena semua pedagang kaki lima udah punya ruko masing-masing. Negara aman, tentram, damai. Ga ada lagi kerbau gila yang maen sruduk sana sini! ***

1 comment:

  1. wah kerena ni emang judulnya Ngocol tapi isinya IQ tingkat Dewa hahahaha
    klo artikel ini dibaca ama generasi bangsa ini gw yakin 2 bulan sampe 9 bulan kedepan
    bisa ngelahirin generasi yang memiliki
    jiwa nasionalisme tingkat Herkuless hahaha semangat bang lanjutkan

    ReplyDelete