Pages

Welcome.....

SELAMAT DATANG di blog ngocol politik. Tempat gue ngocol segala macam topik dari mulai masalah politik, berita terkini, opini publik, pengetahuan populer hingga humor. Blog ini 100% buah pikiran anak negeri, bebas dari afiliasi politik dan SARA. Semua orang boleh baca, syaratnya ga boleh sakit hati ha ha.! So, enjoy my blog!

Apr 18, 2014

Ngocol Politik: Catatan Redaksi

Blognya ternyata sudah mulai rame, ya! Terima kasih atas responnya! Blog ini emang gue buat 100% untuk hiburan. Berisi ocehan-ocehan politik yang gue kemas dengan gaya kocak, sarat humor tapi tetap kritis dan menambah wawasan. Ceritanya ringan, santai tapi tetap berbobot. Lucu tapi cerdas. Yang bisa nikmatin blog ini tentu orang-orang cerdas juga. Jadi berbanggalah he he...!
Buat rekan-rekanku yang imut dan lucu-lucu, jangan lupa ngasih komentar di bawah setiap postingan sehingga kita bisa saling berbagi unek-unek. Kita ramein blog ini sambil bercanda ria dan ketawa-ketiwi. Komentarnya boleh apa saja kok, bebas, asalkan tidak menyinggung SARA. Boleh juga guyon seputar dunia politik sambil nyentilin pejabat nakal dan mlorotin celana koruptor. Dijamin ga akan ada yang dituntut pengacara, apalagi ditangkep polisi. Soalnya sebelum rekan-rekan ditangkep, pasti gue dulu yang digelandang ke pengadilan ha ha..
Banyak rekan yang bertanya tentang latar belakang kenapa gue bikin blog ngocol politik. Kenapa sih harus politik, ga topik yang lain aja? Jawabannya adalah karena politik itu memang selalu asyik untuk dibicarakan. Topik yang aman untuk dibahas dimanapun kita berada. Di perjalanan, di ruang tunggu apotek, di tempat mancing atau di pos ronda. Kalau orang Jepang atau Eropa senang ngebahas masalah cuaca sebagai topik pembicaraan dengan teman, di negeri ini justru ngomongin politiklah yang paling digemari. Buktinya acara-acara debat politik di televisi selalu ga pernah kekurangan peminat.
Satu alasan lagi kenapa gue bikin blog ngocol politik adalah karena inilah satu-satunya ajang tempat gue curhat. Tempat gue bisa mengungkapkan semua kekesalan gue ke seluruh penjuru negeri. Tempat gue ngobatin stres akibat kondisi negara yang masih carut marut. Dengan ngocol politik berarti gue bisa ngomel, caci maki dan ngamuk-ngamuk sepuasnya tanpa resiko.
Ga percaya? Coba deh dateng ke polsek terdekat. Kita kumpulin semua polisi di satu ruangan, terus kita ngoceh masalah politik. Partai A jelek, Partai B kadernya suka korupsi, politik kita amburadul, anggota dewan kita udah pada gemblung, para pejabat tukang korupsi semua, hakim kita pada payah, jaksa tukang terima suap dsb. Selama kita ga nyebut nama orang, kita ga akan ditangkep. Paling dikira orang gila dan diseret keluar kantor. Tapi coba kita berkendara pake motor tanpa helm, meski kita ga ngomong apa-apa, dijamin langsung disemprit dan terpaksa keluar duit 100 rebu.
Bagi gue, politik merupakan salah satu obat stres yang ampuh. Kalo gue lagi ga punya duit, gue tinggal maki-maki sistem ekonomi kapitalis. Kalo anak gue nilai sekolahnya jeblok, gue tinggal maki-maki menteri pendidikan. Kalau gue terjebak kemacetan, gue tinggal omelin pejabat pemerintah yang ga becus ngurusin jalan. Kalo gue lagi pusing sama kondisi sodara-sodara gue yang makin miskin, gue tinggal ambil foto anggota dewan, gue maki-maki terus gue jeblosin ke lubang toilet.
Bikin blog ngocol politik juga merupakan satu bentuk tanda syukur gue atas kondisi politik negeri yang makin membaik (meski masih banyak borok disana sini). Sejak bergulirnya era reformasi, negara kita berubah dari negara demokrasi abal-abal jadi negara demokrasi beneran. Kita jadi bebas bicara, bebas ngomel dan bebas ngemukain pendapat tanpa takut diciduk hansip. Kita bisa ngawasin jalannya roda pemerintahan dengan lebih terbuka. Bisa turut ngomentarin ini itu sambil memberikan kritik yang konstruktif.
Sayangnya, masih banyak orang yang mencoba mengecilkan arti reformasi. Sebagai angkatan reformis 98, gue agak prihatin dengan adanya oknum-oknum tertentu yang mencoba menggiring opini masyarakat seolah-olah masa orde baru masih lebih baik daripada masa sekarang. Sampai-sampai ada slogan konyol bergambar Soeharto yang dicetak di kaos dengan tulisan “ENAKAN JAMANKU TOH?” Bener-bener sableng. Meski tujuannya cuma buat lucu-lucuan, tapi dari segi image masyarakat, tulisan itu benar-benar kontra produktif dengan perjalanan reformasi negeri.
Apa yang nulis slogan itu ga kepikir kalo kondisi melarat yang kita rasakan sekarang justru karena ulah para pejabat dan politikus di jaman orde baru? Dulu di masa Soeharto, kondisi ekonomi ga sesulit sekarang. Tapi semuanya semu. Ekonomi kita stabil karena ditunjang dengan utang luar negeri yang terus mengunung. Disokong oleh renternir dan kapitalis luar negeri yang rame-rame nyedot darah rakyat bak lintah. Akibatnya utang makin numpuk, sumberdaya habis dan krisis pun terjadi. Ibaratnya orang yang kaya raya dari utang. Dari luar kelihatan makmur, tapi ketika utangnya jatuh tempo, diapun semaput.
Saat ini negara kita emang seperti kondisi orang yang baru masuk UGD. Terkapar di rumah sakit tanpa daya. Semuanya terasa ga enak. Disuntik di pantat, ditusuk infusan dan diloloh setumpuk obat. Makanpun dibatasi cuma bubur campur sayur yang ga ada rasanya. Bangun ga enak, tidur juga ga nyenyak. Tapi ya semua itu harus dijalani kalau pengen sembuh.
Biasanya kalo lagi sakit, wajar kalo kita suka ngayal yang enggak-enggak. “Enakan jaman dulu ya, waktu masih sehat. Bisa makan McD, bisa nyosor bakso, bisa nyeruput es buah, bisa makan soto babat sepuasnya dsb”. Lha iya, emang enakan dulu sebelum sakit. Tapi kita sakit kan karena dulu waktu kita sehat apapun diembat. Segala macam racun masuk perut, jadinya ya sakitlah kayak sekarang. Nah apa berarti nanti setelah sembuh kita mau kembali ke perilaku jaman dulu? Enggak kan! Kita harus berubah. Kita memang lagi sakit, tapi kita juga lagi diobatin. Jadi sabar dulu. Nanti juga toh kita akan kembali sehat dengan kondisi tubuh jauh lebih baik dibanding masa sebelum sakit.
Analogi ini sama dengan apa yang terjadi di negara kita. Jaman orde baru emang tampaknya enak, tapi ingatlah gara-gara jaman itulah kita jadi sakit parah seperti sekarang. Kalau mau sembuh dan sehat selamanya, ya jangan mau kembali ke masa orde baru. Justru kita harus berusaha agar masa orde baru ga terulang lagi. Sekarang ini negara kita lagi memasuki era penyembuhan. Jadi wajar kalo semuanya terasa sakit. Ekonomi morat-marit, rakyat kelaparan, harga-harga pada melambung. Tapi ya ditahan aja dulu. Namanya juga masa penyembuhan. Harus mengalami berbagai derita sebelum kita menikmati hasilnya.
Kalau dilihat secara dari kacamata keseluruhan, para pemimpin kita sebenarnya sudah mulai berupaya melakukan perbaikan. Negara kita terus diobati. Pasca kejatuhan Soeharto, negeri ini carut-marut diambang kehancuran ekonomi. Disintegrasi NKRI mengancam. Untuk menangani kekacauan ekonomi politik yang berlarut-larut, Presiden Habibie terpaksa ngambil langkah-langah tidak populer. Pertama, tuk stabilitas ekonomi kita harus utang sama IMF. Ya terpaksa menggunakan jasa renternir, wong kita emang bener-bener butuh duit. Untunglah ditengah beban negara yang gila-gilaan, terjadi krisis Timor Timur. Emang menyakitkan ketika kita dipaksa harus melepaskan wilayah kedaulatan sendiri. Tapi dari sisi kacamata positif, wilayah Timtim emang harus diamputasi karena cuma jadi beban negara. Rakyatnya ga mau lagi gabung dan sumberdaya alam pun tidak ada, ya udah dilepas aja daripada jadi beban subsidi seumur-umur. Tindakan pragmatis Habibie harus diakui cukup membantu stabilitas ekonomi kita.
Jaman Gusdur, merupakan jaman dimana terbentuk secercah harapan ditengah-tengah keputusasaan bangsa. Masih ingat kan ketika Gusdur dilantik MPR terus semuanya teriak “Allahu Akbar”? Benar-benar memberikan kesan sangat mendalam bagi seluruh raktyat. Membuat kita mulai kembali percaya diri sebagai bangsa yang kuat. Jaman Gusdur adalah jaman awal reformasi terhadap birokrasi. Kementrian penerangan yang dulu digawangi Harmoko dibubarkan. Istilah “Gitu aja kok repot!” jadi slogan dimana-mana sebagai solusi atas njelimetnya birokrasi. Semua tatakrama dan keribetan pemerintahan jadi cair dengan sikap nyeleneh yang diperlihatkan Gusdur. Duit negara digelontorkan sebesar-besarnya untuk rakyat lewat berbagai program kredit lunak. Meski hasil kerja pemerintahan masa beliau ga terlalu memuaskan, tapi setidaknya sosok beliau sebagai kyai ulung membuat bangsa kita kembali punya harapan.
Dijaman Megawati, peranan IMF sebagai tukang kredit yang selalu ikut campur urusan orang mulai dilemahkan. BUMN yang bobrok dan ga menghasilkan dijual tuk menutupi utang-utang luar negeri.  Kwik Kian Gie muncul dengan ide ekonomi kerakyatan dimana ekonomi nasional ala kapitalis direformasi total. Harga-harga distabilkan. Bantuan keuangan untuk masyarakat dipergencar. Ketergantungan pada luar negeri dikurangi.
Ketika SBY-JK memimpin, ekonomi dan politik negara sudah mulai mengalami tahap penyembuhan awal. Meski kebijakan SBY membuat negara kita kembali menumpuk utang, tapi ada sejumlah program yang patut diapresiasi. Diantaranya program pengurangan ketergantungan BBM dengan mengkonversi konsumsi minyak ke gas. Dibawah inisiatif JK, Aceh yang selama puluhan tahun jadi sasaran kesadisan tentara Soeharto, berhasil diselamatkan. Kebijakan BLT, meski menuai konfrontasi, terbukti cukup membantu bagi masyarakat miskin. Begitu juga dengan kebijakan bantuan kesehatan untuk masyarakat miskin melalui program askeskin dan jamkesmas. Sayang di periode kedua, pasca turunnya JK, SBY tidak mampu menelurkan program reformis apapun. Program satu-satunya yang cukup baik hanya program BPJS, itupun belum teruji keberhasilannya dan lebih terkesan berbau politik karena baru diluncurkan di akhir masa jabatan.
Satu lagi masalah yang cukup menggembirakan adalah masalah pemberantasan korupsi. Salah satunya adalah terbentuknya KPK di era kepemimpinan SBY-JK. Meski di jaman SBY-Boediono lembaga ini terus diguncang dan dipreteli, tapi hingga hari ini KPK tetap bertahan.
Memang saat ini masih ada sebagian masyarakat yang apriori terhadap berjalannya reformasi karena masalah korupsi masih belum terselesaikan. Mereka berkata “Kok di jaman reformasi korupsi malah makin marak!” Padahal pada kenyataannya korupsi justru makin menyusut. Dibanding jaman orde baru, korupsi di negeri ini sudah jauh berkurang. Pada masa orde baru, korupsi ga terasa karena semuanya dari mulai Presiden sampai pamong desa ramai-ramai korupsi tanpa ada pengawasan. BPK ndableg, kejaksaan budek, para pejabat pengawas ikut bancakan. Tidak ada yang memprotes, tidak ada yang mengkritik. Semuanya bungkam, termasuk media cetak dan televisi. Jadinya terasa adem ayem seperti ga ada apa-apa.
Jaman sekarang lain. Semua orang tidak takut lagi bicara benar. Semua lembaga tahu bahwa pada akhirnya tidak akan ada tempat lagi bagi koruptor nakal. Kita punya KPK, kita punya LSM dan ormas yang aktif ngawasin korupsi, kita juga punya awak media yang berani memberitakan. Tidak seperti pada masa orde baru, pada jaman reformasi sekarang, tindak pidana korupsi mulai diberangus, diproses dan dipertontonkan kepada seluruh rakyat. Jadinya emang tampak rame. Berita korupsi dimana-mana. Tapi itu justru hal yang positif. Makin banyak berita korupsi, berarti makin banyak koruptor yang ketahuan nyolong. Itu berarti banyak koruptor yang ketahuan belangnya dan akhirnya bisa digiring ke penjara. Makin ramai berita korupsi, makin positif. Yang harus ditakutkan justru kalau ga ada berita sama sekali. Itu berarti korupsi berjalan lancar tanpa ada pengawasan, sama seperti di jaman Orde Baru.
Kalau diambil analogi, berita penangkapan koruptor ini sama dengan kejadian di pos ronda. Kalau kita dengar petugas ronda baru saja menangkap maling, kita jadi cemas. “Wah berarti di daerah kita banyak maling, dong!”  Lho kenapa harus cemas? Justru makin banyak berita maling yang ketangkep, berarti petugas ronda bener-bener melakukan tugasnya dan lingkungan kita akan semakin aman. Daripada lingkungan kita tampak adem ayem tapi tahu-tahu motor ilang, panci lenyap, jemuran raib.
Jadi, kalau akhir-akhir ini kita sering dengar berita korupsi di media, kita harus senang. Berarti KPK, aparat hukum dan pihak media benar-benar melakukan tugasnya dengan baik. Banyaknya LSM dan wartawan yang keluar masuk kantor pemerintahan juga harus disambut baik. Setidaknya para pejabat korup hidupnya jadi ga bisa tenang. Banyaknya berita penangkapan koruptor juga akan membuat para pejabat korup jadi mikir dua kali tuk maling. Ga bisa seenaknya merampok uang rakyat seperti jaman orde baru dulu.
Sebagai masyarakat berpendidikan, kita juga sebenarnya punya tanggungjawab moral tuk ikut memberantas tindak korupsi. Jadi melalui blog ini gue ajak semuanya untuk turut mengawasi. Aktif melaporkan dan tidak segan-segan menyeret para koruptor ke penjara. Kalaupun tidak bisa seperti itu, setidaknya kita turut mengawal reformasi lewat kritikan dan saran baik ditujukan pada pemerintah maupun para politisi.
Nah apa yang gue lakukan dengan membuat blog “ngocolpolitik” merupakan salah satu bentuk partisipasi untuk turut membenahi negeri. Lewat blog ini gue berharap bisa menghibur banyak orang sekaligus memperkuat opini publik bahwa korupsi emang biang kerok yang harus diberantas sampe tuntas.
Emang sih, niat gue tampaknya terlalu muluk. Tapi ya mau gimana lagi. Gue kan bukan polisi, jaksa, hakim apalagi anggota KPK. Gue cuma rakyat kecil di ujung negeri yang turut prihatin atas kondisi bangsa. Sama seperti banyak teman-teman gue di seluruh peloksok negeri. Orang-orang biasa, bukan pejabat atau tokoh penting, tapi punya niat tuk memperbaiki negara. Jadi sementara yang gue bisa lakuin ya cuma ngelawak sambil kritik sana kritik sini. Setidaknya kalau ada koruptor yang baca tulisan gue, dia jadi tersindir terus malu. Syukur-syukur jadi sadar kalau apa yang dilakukannya jauh lebih buruk dibanding copet dan maling ayam.

So, ayo baca terus blog gue. Kita ketawa-ketiwi sambil rame-rame mlorotin celana koruptor. Kita sama-sama teriakan ke seluruh dunia “KORUPTOR? GO TO HELL, BABY!”***
ASalamNGJCJL!

No comments:

Post a Comment